8/25/2010

Indahnya Harapan..

BISA dibayangkan betapa suntuknya hidup ketika tak ada harapan. Semuanya terasa hambar, tak ada yang ditunggu dan tak ada pula semangat untuk hidup. Bicara soal harapan pula, bathin kita kerap membayangkan sebuah perjuangan untuk menggapai harapan dimaksud.

Harapan. Sebuah keinginan yang belum bisa digapai. Tentu, untuk menggapai harapan tersebut butuh perjuangan dan waktu.

Mari Teguh, seorang motivator kondang dan diidam-idamkan jutaan ummat pernah bilang, keberhasilan anda bukan diukur dari apa yang anda dapatkan, melainkan seberapa besar perjuangan dan apa yang telah anda lakukan untuk keberhasilan itu sendiri. Sedikit bingung sih, tapi ya begitulah idealnya. Karena hidup ini permainan Allah SWT. Sementara kita hanya menjalani trek yang telah disediakan. Muaranya, ya surga dan neraka. Bukan begitu? J

Balik lagi ah ke harapan.

Tak berlebihan kan jika saya berpendapat, harapan itu adalah motivasi. Dengan harapan, kemudian akan timbul semangat perjuangan. Lalu, bagaimana jika setelah berjuang mati-matian (versi kita) ternyata keinginan tak juga tercapai? Hmm.. Ini problem menurutku.

Kesungguhan memang bukan ibarat angka. Tak bisa ditakar. Kadang kita sudah merasa maksimal, namun ternyata belum. Ada juga kalanya kita merasa biasa saja, tapi sebagian orang berpendapat, kita sudah maksimal. Begitulah penilaian, abstrak. Karena hidup, bukan matematika. Dengan begitu, wajar saja jika ada penilaian berbeda dan tak ada kebenaran hakiki yang bisa kita dapat di dunia. (Lho, kok jadi melebar ke kebenaran? Hehe..)

Sedikit mengupas statemen Mario Teguh sebelumnya, aku menafsirkan yang dimaksud sang motivator adalah hidup adalah ibadah. Jadi, bersungguh-sungguhlah (menurut kita) pada setiap pekerjaan yang kita lakukan, apapun itu. Sebab jika kita sudah bersungguh-sungguh namun hasil tak sesuai dengan harapan, kupikir ada sebuah kepuasan bathin yang kita dapat. Kepuasan arti sebuah perjuangan, dan mengajarkan kepada kita bahwa tidak setiap keinginan yang kita harapkan, dapat terkabul. Jika sudah begini, orang kerap menilai konsep diri seperti ini dikategorikan sebagai kedewasaan. Tapi tak hanya itu, dengan berpikir cerdas dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, konstelasinya bagi ummat Islam ada pada Rukun Iman. Ya, Iman kepada Allah SWT. Bahwa tidak ada kekuatan apapun, selain kekuatan Sang Pencipta. Hmm.. J

Di penghujung tulisan ini, mari kita terus berharap. Teruslah berharap, dan teruslah berjuang. Jika mau jadi orang baik, lakukanlah hal yang baik-baik pula. Jangan karena ada lagu dengan judul Berhenti Berharap, lalu kita benar-benar berhenti. Karena harapan itu indah teman, seperti harapan ketika kita menunggu bedug berbuka puasa. Jika sudah waktunya berbuka, tentu nikmat bukan? Itulah yang disebut dengan Indah pada Saatnya. J

Arga Makmur, 22 Agustus 2010

Tidak ada komentar: