tag:blogger.com,1999:blog-24364195160987368032024-03-05T02:42:27.667-08:00Kisah, Fakta dan FiksiKarena Hidup, Bukan Matematika!to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.comBlogger112125tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-30490168275032483962021-08-16T00:09:00.001-07:002021-08-16T00:09:57.815-07:00Bulan - Andre Taulany | Video Clip untuk Taulany TV<iframe width="480" height="270" src="https://youtube.com/embed/jqga9bgXfMI" frameborder="0"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-49996338502213155582021-05-31T23:15:00.000-07:002021-05-31T23:15:45.608-07:00HARLAH ANSOR ke-87 | Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Bengkulu<iframe width="480" height="270" src="https://youtube.com/embed/GWrUCdB97CE" frameborder="0"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-44489831123584544202021-01-17T18:11:00.001-08:002021-01-17T18:11:19.258-08:00Camping Coffee | Bengkulu Traditional Coffee<iframe width="480" height="270" src="https://youtube.com/embed/7gsfMg66jNs" frameborder="0"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-57628415601518323852020-11-01T01:18:00.001-08:002020-11-01T01:18:34.970-08:0040 Menit Bengkulu - Enggano | Indah Alamnya, Gurih Ikannya<iframe width="480" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/yh-MCFRtN6I" frameborder="0"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-42262310063952288622020-08-05T03:34:00.001-07:002020-08-05T03:34:43.855-07:00Napak Tilas Makam Keramat Riogagas Ulok Kupai<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/Ue6UzXYwTnI" width="480"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-28095829208773629122020-07-31T23:23:00.001-07:002020-07-31T23:23:53.185-07:00DOKUMENTER | Misteri Makam Ratu Samban Bengkulu Utara<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/n_SgrrG-km0" width="480"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-48633557551684764892020-07-23T17:28:00.001-07:002020-07-23T17:28:06.912-07:00DOKUMENTER | Jalan Terjal Menuju Pemutakhiran Data Pemilih | GCS KPU Ben...<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/J2UohwEUIwA" width="480"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-13092690376195415302020-07-18T16:05:00.001-07:002020-07-18T16:05:38.997-07:00DOKUMENTER | Gerakan Coklit Serentak KPU Bengkulu Utara di Perbatasan<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/G5h1Y9kIjY8" width="480"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-67262084306588546312020-07-06T22:15:00.001-07:002020-07-06T22:15:49.658-07:00Rindu Tak Bersuara | Web Series | Film Pendek Pemilihan Kepala Daerah Ta...<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/pxBVvsavKj4" width="480"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-18893074552096103492020-07-02T08:44:00.001-07:002020-07-02T08:44:24.807-07:00Muning Deram; Pendekar yang Kalah<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/FlFE9tEZZ5E" width="480"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-45023673932756399032020-07-01T17:18:00.001-07:002020-07-01T17:18:24.995-07:00Rumah Bersejarah Napal Putih, Nasibmu Kini | Potret Suram Rumah Perjuangan<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="https://www.youtube.com/embed/Z5uA_SAX19k" width="480"></iframe>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-21707799697254398072019-07-09T17:50:00.000-07:002019-07-09T19:50:37.803-07:00"Yang Mahal itu, Ilmu" <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPwbbCfhzq6ZVDYyS0auu8Em6sNCONilcrU0Ak1j9SPNVrhkKs0xPFt5z2l-sCc6wf6HhcAK4CjnEme1fNLI1wds0oTiURwZ495EgeJjlTHh55wIRiXm01klJh86pChc5x-JYQcuX7K4I/s1600/ss+akun.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="598" data-original-width="1112" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPwbbCfhzq6ZVDYyS0auu8Em6sNCONilcrU0Ak1j9SPNVrhkKs0xPFt5z2l-sCc6wf6HhcAK4CjnEme1fNLI1wds0oTiURwZ495EgeJjlTHh55wIRiXm01klJh86pChc5x-JYQcuX7K4I/s400/ss+akun.png" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: large;"><b>BERKALI-KALI</b> saya berpikir, bagaimana caranya membuang bagian video yang tidak penting. Berkali-kali juga saya gagal paham bagaimana cara memotong bagian video itu. Belum lagi memikirkan, kok bisa ya aktivitas kita di laptop bisa direkam dengan gambar yang stabil dan tak goyang sedikitpun? Apalagi cara menggabungkan video satu dengan video lain. Pakai apa? Seterusnya, itu kok videonya ada musiknya? Apa mungkin si perekam video merekam gambar tersebut sambil menyetel musik? Lalu bagaimana pengaturan volumenya? Huft! Pusing! </span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Dunia editing video memang bukan jurusanku. Memang dulu aku sempat jadi jurnalis. Tapi cetak. Bukan elektronik. Bahkan waktu kuliah tak sempat belajar editing video. Cuma fotograpi. Itu pun tak memadai. </span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Ah, dunia semakin berkembang. Begitu mudah orang-orang yang mengerti perkembangan dunia itu mencari uang dengan teknologi. Aku pernah dengar katanya seorang youtuber yang kerjanya hanya mengedit dan kemudian mengupload video penghasilannya sampai puluhan juta. Bahkan ratusan juta. Bagaimana bisa?</span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Aku harus bisa! Meski belum bisa menghasilkan uang seperti mereka, tapi setidaknya aku harus bisa editing video meski seadanya. Ini bukan hanya soal ketinggalan zaman atau tidak, tapi juga soal kepuasan bathin ketika mampu mengoperasikan aplikasi editing video. </span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Sejak itulah saya iseng. Saya download aplikasi editing video. Setelah itu saya buka video lama anak-anakku yang sedang bermain. Aku edit. </span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Perlu kerja keras. Otak yang tak lagi muda ini tak secepat dulu menangkap. Berhari-hari bahkan sampai subuh aku hanya ada di depan laptop. Perlu waktu cukup untuk memulai sebuah karya. Hasilnya? Untuk seorang pemula, lumayanlah. </span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Sekarang aku mengerti. Mereka yang berpenghasilan jutaan, puluhan bahkan ratusan juta itu wajar menerimanya. Karena sebenarnya yang membuat mereka berharga adalah ilmu. </span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Karena menyadari akses informasi dan tutorial menjadi jurus utama bagi pemula di dunia editing video, saya memutuskan untuk membuat channel youtube. </span><span style="font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: large;">Tutorial di channel ini bisa dilihat siapapun. </span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Untuk melihatnya cukup dengan mengklik link berikut ini: <a href="https://www.youtube.com/channel/UCWQWNMO4iSYkAfiVJjW3DlA?sub_confirmation=1" target="_blank">eRDe TV</a></span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Sedangkan video anak-anakku yang aku edit aku pisahkan channelnya dan bisa dilihat di sini: <a href="https://www.youtube.com/channel/UCYyZu7XzEnS0_aGEaast_Ig?sub_confirmation=1" target="_blank">H&S Channel Youtube</a></span><br />
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-family: georgia, times new roman, serif; font-size: large;">Yang berminat mengikuti kedua channel youtube di atas, bisa langsung klik linknya. Setelah muncul jendela baru, pastikan anda mengklik tombol subscribe. <a href="https://www.youtube.com/channel/UCWQWNMO4iSYkAfiVJjW3DlA?sub_confirmation=1" target="_blank">GRATIS..</a> ^_^</span></div>
to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-7065604570979776272010-08-25T08:58:00.000-07:002010-08-25T09:45:12.683-07:00Kecil Itu Besar<p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Dulu, waktu SD kelas IV aku dikenalkan guru kelasku dengan pepatah; Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Waktu itu, aku ingat pepatah ini berlaku bagi kami yang dianjurkan untuk menabung. Saat itu pula, diajarkan tentang pengertian hemat dan kikir. Hmm.. Masa kecil memang menyenangkan. Meski hidup sederhana, tapi setidaknya beban pikiran tak seperti saat ini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-family: "Georgia","serif"">Sekilas masa kecil akan tetap terkenang indah. Karena kita harus sadar betul, tak ada satupun yang tidak berawal dari kecil. <i style="mso-bidi-font-style:normal">*) sambil mikir, ada ga ya yang ga da kecilnya? Hehe..</i> Kalaupun ada, aku yakin kesannya tak akan natural. Karena semua butuh proses, dan proses butuh waktu. Begitupun dengan alam semesta. Tentu Alquran juga menjelaskan toh, proses penciptaan alam semesta ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-family: "Georgia","serif"">Awal, proses dan hasil. Ketiga komponen itu saling berkaitan dan sama-sama memiliki ikatan satu sama lain, tak dapat dipisahkan. Jika awalnya baik, didukung dengan prosesnya baik pula, Insya Allah hasilnya juga akan baik. Namun jika awalnya kurang baik, semoga kita termasuk kepada golongan orang-orang yang husnul khotimah. </span><span lang="IN" style="font-family:Wingdings; mso-ascii-font-family:Georgia;mso-hansi-font-family:Georgia;mso-char-type:symbol; mso-symbol-font-family:Wingdings"><span style="mso-char-type:symbol;mso-symbol-font-family: Wingdings">J</span></span><span lang="IN" style="font-family:"Georgia","serif""> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-family: "Georgia","serif"">Menurutku, hal besar dalam hidup adalah ketika kita bisa mencapai harapan dan cita-cita dengan proses disertai kerja-kerja berat. Jadi ingat ungkapan Proklamator RI, Ir Soekarno di dalam bukunya “Dibawah Bendera Revolusi” bahwa tidak ada </span><span lang="IN" style="font-family:"Georgia","serif"; mso-bidi-font-family:Tahoma;mso-bidi-font-weight:bold">k</span><span lang="IN" style="font-family:"Georgia","serif";mso-bidi-font-family:Tahoma">emenangan <span style="mso-bidi-font-weight:bold">p</span>aling <span style="mso-bidi-font-weight: bold">i</span>ndah, <span style="mso-bidi-font-weight:bold">s</span>elain <span style="mso-bidi-font-weight:bold">k</span>emenangan <span style="mso-bidi-font-weight: bold">s</span>etelah <span style="mso-bidi-font-weight:bold">d</span>ituntaskan dengan <span style="mso-bidi-font-weight:bold">k</span>erja-kerja <span style="mso-bidi-font-weight:bold">b</span>erat<span style="mso-bidi-font-weight: bold">.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-family: "Georgia","serif";mso-bidi-font-family:Tahoma;mso-bidi-font-weight:bold">Jika kita mau menggelitik hati kita lebih dalam, tak ada kerja-kerja berat selain melakukan hal-hal kecil dan memiliki hasil yang kecil juga. Namun karena tadi kita sudah menyamakan persepsi bahwa segala sesuatu harus diawali dengan hal-hal kecil, tentu mengerjakan yang kecil memang merupakan suatu proses yang mesti dilalui. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-family: "Georgia","serif";mso-bidi-font-family:Tahoma;mso-bidi-font-weight:bold">Seperti pepatah yang kuperoleh dari guru saat aku duduk di bangku SD tadi, kita harus sama-sama meyakini, sesuatu yang kecil jika dikumpulkan akan menjadi besar. Satu hal yang juga mesti kita sadari, proses pengumpulan itu tentu memakan waktu. Untuk itu, kita dituntut istiqomah dan bersabar serta meyakini tak akan ada pekerjaan baik sedikitpun yang tidak ada manfaatnya. Untuk itu, peran ikhlas dalam mengerjakan sesuatu juga mesti ada. Karena jika tak ada keikhlasan, hal kecil sekalipun akan terasa berat. Begitulah kaitannya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-family: "Georgia","serif";mso-bidi-font-family:Tahoma;mso-bidi-font-weight:bold">Kesimpulannya, tak ada salahnya kita mengidam-idamkan sesuatu yang besar, tapi prosesnya mesti dilalui dengan sempurna. Karena belum tentu kita termasuk kepada golongan orang-orang yang husnul khotimah. Hehe.. :)</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span lang="IN" style="font-family: "Georgia","serif";mso-bidi-font-family:Tahoma;mso-bidi-font-weight:bold">Mari kita mengumpulkan <i>pasir-pasir di pantai</i> dan mari <i>menghitung rintik hujan</i>. Jangan sampai, karena mengharapkan burung yang sedang terbang tinggi, tapi punai di tangan dilepaskan. Bukankah punai juga salah satu nama dan jenis burung?! Hmm.. :)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"></p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Wallahu'alam Bishawab.. (**)</p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Arga Makmur, 25 Agustus 2010</p><p></p>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-44022691408135502122010-08-25T08:45:00.000-07:002010-08-25T09:17:14.066-07:00MENIKAH? Ya, Menikah..<div style="text-align: justify;"><blockquote><i>Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An Nuur:32)</i></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MENIKAH. Sepintas, kata ini sederhana. Harapan setiap mereka yang belum bertemu jodoh, bahkan banyak pula yang sudah menikah bermaksud untuk menikah lagi. Jika dilihat dari kacamata ini, menikah tak lebih kepada sifat manusiawi. Artinya, setiap manusia normal dia berminat dan bercita-cita untuk menikah. Kalaupun saat ini belum, tentu ada alasan-alasan konkrit, sehingga pernikahan belum dapat dia lakukan.</div><div style="text-align: justify;">Meski demikian, jangan pula teman-teman menganggap bahwa statemen diatas merupakan suatu alibi bagi saya, dan saya-saya yang lain yang kebetulan masih melajang. Hehe..</div><div style="text-align: justify;">Beberapa ayat dalam Alquran mengatur soal menikah. Diantaranya, seperti surat An-Nuur di atas. Dengan demikian, sejatinya menikah bukan hanya bersifat manusiawi. Melainkan suatu keharusan bagi mereka yang dianggap telah mampu untuk melakukannya (jika akan lebih banyak mudharatnya, maka diwajibkan untuk menikah). Pada dalil lain disebutkan, jika merasa belum mampu maka diharuskan bagi kita untuk berpuasa, menahan diri dari kesucian. </div><div style="text-align: justify;"><blockquote><i>"Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya" (HR. Bukhori-Muslim) </i></blockquote></div><div style="text-align: justify;">Bicara soal kemampuan, tentu tolok ukurnya berbeda-beda. Setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga seseorang bisa dikategorikan sebagai orang yang mampu. Hanya saja, setidaknya unsur tersebut harus mewakili soal mental, materi. Singkatnya, siap lahir bathin. Meskipun sebenarnya seperti yang dijelaskan dalam Surat An-Nuur ayat 32 tadi, sebenarnya soal kemampuan juga sudah diatur dan kita wajib percaya bahwa Allah SWT akan membuat kita mampu.</div><div style="text-align: justify;"><blockquote><i>Lalu, apa yang membuat kamu ragu untuk menikah Ndri?</i></blockquote></div><div style="text-align: justify;">Hmm.. Tak ada ragu sedikitpun. Entah ini hanya alibi, atau justru kebenaran hati, saat ini keinginan untuk menikah sebenarnya sudah terpatri. Apalagi pada usiaku yang keduapuluhenam ini, aku kerap bertemu dan kembali berkomunikasi dengan teman-teman lama yang rata-rata sudah punya momongan. Tapi ada juga lho, yang masih melajang sepertiku. Tak diketahui persis apakah alasannya belum menikah sama denganku atau tidak. :)</div><div style="text-align: justify;">Sebelumnya, maaf jika ungkapanku ini salah.</div><div style="text-align: justify;">Menikah bagiku tak sesederhana kata yang hanya terdiri dari 7 susunan abjad. Jika dikehendaki-Nya, aku berniat hanya ingin menikah satu kali dalam seumur hidup. Beranjak dari niat inilah, tentu keinginan untuk mencari yang sesuai dengan hati, jelas ada. Kurasa ini manusiawi. Meski kita harus yakin kesempurnaan itu hanya milik Allah, namun setidaknya kesamaan jiwa harus menjadi motivasi dan berkaitan erat dengan keyakinan hati. Inilah problemnya.</div><div style="text-align: justify;">Menemukan, tak beda rumitnya dengan mencocokkan. Bertemu, lalu cocok. Itulah idealnya. Butuh waktu memang. Sampai kapan? Pertanyaan ini tak hanya aku yang mempertanyakan. Beberapa teman, bahkan beberapa anggota keluarga juga sering mempertanyakan soal waktu ini. Tapi jujur saja, pertanyaan mereka kadang sulit untuk kujawab. Bagaimana mau memberikan jawaban, sementara aku sendiri tak mengetahui apa jawaban sebenarnya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"></div><blockquote><div style="text-align: justify;"><i>“Secara aku juga normal Bang, aku juga kepengen punya istri, punya anak yang lucu dengan senyumnya yang bikin gemes,” begitulah berkali-kali aku memberikan jawaban kepada seorang teman, sekaligus abang bagi kami yang berusia lebih muda. </i></div><div style="text-align: justify;"></div></blockquote><div style="text-align: justify;">Jika saat ini kita (bagi yang masih lajang) sudah menemukan ada kecocokan, tentu ada suatu harapan untuk mewujudkan keinginan suci, menikah. Entah itu kapan, namun usaha untuk menuju tujuan bukanlah suatu kesalahan. Sebab aku juga yakin dan berserah, soal waktu biarkan saja Allah SWT yang menentukan. Kalau ditanya secara pribadi, siapa sih yang tidak mau kearah kebaikan? Tentu ingin sesegera mungkin bukan?! Namun lagi-lagi, aku menyerahkan seutuhnya kepada-Mu ya Allah.. Karena hanya pada-Mu aku berserah, meminta dan tiada kekuatan apapun, selain Engkau sang Maha Kuat. (**)</div><div style="text-align: justify;"><blockquote>*) Berpikir, kapan ya aku menikah? Mau donk.. hehe.. (semoga dia membuka hatinya, sehingga hidup ini akan lebih <i>terhayati</i>)</blockquote> </div><div style="text-align: justify;">Arga Makmur, Jelang Sahur, 24 Agustus 2010</div><div style="text-align: justify;"><br /></div>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-43464580328761508572010-08-25T08:38:00.000-07:002010-08-25T09:17:14.066-07:00Indahnya Harapan..<p class="MsoNormal" style="text-align:justify">BISA dibayangkan betapa suntuknya hidup ketika tak ada harapan. Semuanya terasa hambar, tak ada yang ditunggu dan tak ada pula semangat untuk hidup. Bicara soal harapan pula, bathin kita kerap membayangkan sebuah perjuangan untuk menggapai harapan dimaksud.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Harapan. Sebuah keinginan yang belum bisa digapai. Tentu, untuk menggapai harapan tersebut butuh perjuangan dan waktu. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Mari Teguh, seorang motivator kondang dan diidam-idamkan jutaan ummat pernah bilang, keberhasilan anda bukan diukur dari apa yang anda dapatkan, melainkan seberapa besar perjuangan dan apa yang telah anda lakukan untuk keberhasilan itu sendiri. Sedikit bingung sih, tapi ya begitulah idealnya. Karena hidup ini permainan Allah SWT. Sementara kita hanya menjalani trek yang telah disediakan. Muaranya, ya surga dan neraka. Bukan begitu? <span style="font-family:Wingdings;mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin;mso-hansi-font-family:Calibri;mso-hansi-theme-font: minor-latin;mso-char-type:symbol;mso-symbol-font-family:Wingdings"><span style="mso-char-type:symbol;mso-symbol-font-family:Wingdings">J</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Balik lagi ah ke harapan. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Tak berlebihan kan jika saya berpendapat, harapan itu adalah motivasi. Dengan harapan, kemudian akan timbul semangat perjuangan. Lalu, bagaimana jika setelah berjuang mati-matian (versi kita) ternyata keinginan tak juga tercapai? Hmm.. Ini problem menurutku.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Kesungguhan memang bukan ibarat angka. Tak bisa ditakar. Kadang kita sudah merasa maksimal, namun ternyata belum. Ada juga kalanya kita merasa biasa saja, tapi sebagian orang berpendapat, kita sudah maksimal. Begitulah penilaian, abstrak. Karena hidup, bukan matematika. Dengan begitu, wajar saja jika ada penilaian berbeda dan tak ada kebenaran hakiki yang bisa kita dapat di dunia. (Lho, kok jadi melebar ke kebenaran? Hehe..)</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Sedikit mengupas statemen Mario Teguh sebelumnya, aku menafsirkan yang dimaksud sang motivator adalah hidup adalah ibadah. Jadi, bersungguh-sungguhlah (menurut kita) pada setiap pekerjaan yang kita lakukan, apapun itu. Sebab jika kita sudah bersungguh-sungguh namun hasil tak sesuai dengan harapan, kupikir ada sebuah kepuasan bathin yang kita dapat. Kepuasan arti sebuah perjuangan, dan mengajarkan kepada kita bahwa tidak setiap keinginan yang kita harapkan, dapat terkabul. Jika sudah begini, orang kerap menilai konsep diri seperti ini dikategorikan sebagai kedewasaan. Tapi tak hanya itu, dengan berpikir cerdas dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, konstelasinya bagi ummat Islam ada pada Rukun Iman. Ya, Iman kepada Allah SWT. Bahwa tidak ada kekuatan apapun, selain kekuatan Sang Pencipta. Hmm.. <span style="font-family:Wingdings;mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin;mso-hansi-font-family:Calibri;mso-hansi-theme-font: minor-latin;mso-char-type:symbol;mso-symbol-font-family:Wingdings"><span style="mso-char-type:symbol;mso-symbol-font-family:Wingdings">J</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Di penghujung tulisan ini, mari kita terus berharap. Teruslah berharap, dan teruslah berjuang. Jika mau jadi orang baik, lakukanlah hal yang baik-baik pula. Jangan karena ada lagu dengan judul Berhenti Berharap, lalu kita benar-benar berhenti. Karena harapan itu indah teman, seperti harapan ketika kita menunggu bedug berbuka puasa. Jika sudah waktunya berbuka, tentu nikmat bukan? Itulah yang disebut dengan Indah pada Saatnya. <span style="font-family:Wingdings;mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin;mso-hansi-font-family:Calibri;mso-hansi-theme-font: minor-latin;mso-char-type:symbol;mso-symbol-font-family:Wingdings"><span style="mso-char-type:symbol;mso-symbol-font-family:Wingdings">J</span></span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Arga Makmur, 22 Agustus 2010</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><span style="mso-spacerun:yes"> </span></p>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-66954917582821338612010-08-25T08:36:00.000-07:002010-08-25T09:17:14.067-07:00Indah Tak Terperi<p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Alhamdulillah, hari ini hari ke-13 bagi kita ummat Islam berpuasa. Menahan dari segala hawa nafsu yang biasa kita lakukan di bulan-bulan lain, selain Ramadhan. Bersyukur juga, kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati damainya Ramadhan tahun ini. Padahal, tak ada satu garansi apapun yang kita dapatkan untuk tetap bisa menikmatinya. Inilah salah satu kemurahan Allah SWT. Tidak seperti perusahaan-perusahaan jasa yang kerap memberikan garansi dalam limit waktu tertentu sebagai iming-iming dan jualan iklan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Namun apakah pernah terpikir, bagaimana jika Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita? Karena rahasia itu tidak ada yang tahu teman. Tak satupun yang mengetahuinya. Namun demikian, semuanya telah tersusun dan terprogram protect di server lauhul mahfuz. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Mari kita membayangkan, Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita. Sebab bisa jadi, kita tak bisa lagi menikmati indahnya Ramadhan tahun depan. Bahkan siapa tahu, ternyata hari ini adalah hari terakhir kita berpuasa. Karena besok mungkin malaikat maut menjemput kita. Subhanallah, sungguh semuanya menjadi rahasia Sang Pencipta. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Jika saja hari ini dan atau bulan ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita, tentu yang terbayangkan bagi saya saat ini adalah bersungguh-sungguh menjalankan ibadah kepada-Nya. Kita akan merasa betah berlama-lama dan bermesraan dengan Allah SWT dalam dzikir panjang. Karena kita tak mengetahui rahasia itu, lalu apakah salah jika kita kembali mengorek hati nurani untuk lebih khusuk beribadah kepada-Nya. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Beberapa saudara kita, lebih tua, sebaya dan bahkan lebih muda umurnya di dunia dengan kita beberapa bulan menjelang Ramadhan dan saat Ramadhan tahun ini dipanggil keharibaan-Nya. Lalu, apakah ini tak menjadi pelajaran bagi kita?! Sementara sebelum dipanggil, saudara kita tadi tak ada ubahnya dengan kita. Bercanda, bahkan mungkin saling ejek. Hmm..</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Allah maha mengetahui apa yang kita perbuat, bahkan dalam hitungan detik sekalipun. Jika seorang Aristoteles sekalipun tak bisa menebak hati seseorang, tentu tidak dengan Allah SWT. Kita berada di tempat terang dan terbuka atau berada di tempat gelap, tanpa cahaya dan ruangan itu kembali ditutup berlapis-lapis ruang tanpa cahaya sekalipun, Allah tak pernah merasa kesulitan untuk mengetahui setiap tindak-tanduk kita. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Sungguh tak ada satu amal dan dosa pun yang mampu terlewat dalam setiap catatan-Nya. Apakah kita masih ragu? Terkadang, syaithon sungguh halus mengacak-acak hati kita. Kita yang kadang merasa sudah benar, tanpa kita sadari ternyata perbuatan kita adalah salah besar. Yakinlah teman, hidup ini berawal dari segumpal darah dan tergantung dengan segumpal darah pula. Jika segumpal darah itu baik, maka Insya Allah semuanya akan baik pula. Begitu juga sebaliknya. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Mari kita kembali menata hati. Belajar ikhlas, dan hanya berpasrah kepada-Nya. Jadi ingat dengan lagunya Aa’ Gym, Jagalah Hati <span style="font-family:Wingdings;mso-ascii-font-family: Calibri;mso-ascii-theme-font:minor-latin;mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;mso-char-type:symbol;mso-symbol-font-family: Wingdings"><span style="mso-char-type:symbol;mso-symbol-font-family:Wingdings">J</span></span> Sungguh segumpal darah itu adalah hati. Dengan menjaga hati, itu berarti kita menjaga kehormatan dan menjaga hidup untuk akhirat. Hidup kita akan merasa tentram dan nyaman jika hati bisa dijaga. Jaga hati, dan mari nikmati keindahan tak terperi. (**)<span style="mso-spacerun:yes"> </span><span style="mso-spacerun:yes"> </span><span style="mso-spacerun:yes"> </span><span style="mso-spacerun:yes"> </span></p>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-37298100913896930062010-08-20T06:20:00.000-07:002010-08-25T09:17:33.607-07:00Titik Nadir<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px; font-size: small;"></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"></span></span></p><span class="Apple-style-span"><blockquote style="text-align: justify;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Ya, titik nadir. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sisi tergelap dari perjalanan hidup seseorang. Titik nadir kerap juga diartikan dengan bagian dari kepingan-kepingan sepi dan keterpurukan. Begitulah titik nadir dalam konteks perasaan</span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">.</span></blockquote></span><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; "><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><br /></span></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; "><span class="Apple-style-span"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Manusia memang hanya bisa berencana. Berusaha diiringi doa dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Khalik, pemilik semesta alam. Jika kita sedang berada pada titik nadir, sabar dan ikhlas merupakan kunci dan jurus pamungkas. Klasik memang. Namun apakah kita pernah berpikir, jika tidak sedang berada di titik ini terkadang sabar dan ikhlas hanya menjadi dua kata yang tak begitu bermakna. Jangankan hanya untuk menelaah lebih jauh maknanya, terkadang mengingat Allah saja kita bermalas-malasan. Naudzubillah summa naudzu billahi minzalik.</span></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Ya, inilah cara Allah SWT mengingatkan hambanya untuk tetap berada dalam keimanan. Bersyukurlah bagi kita yang diberikan peringatan atas kejadian yang tak kita kehendaki. Karena dengan cara ini, Allah ingin mengingatkan kita untuk kembali bermunajat. Mungkin saja, selama ini aktivitas duniawi kerap membuat lupa kepada Sang Pencipta.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Layaknya hidup, seperti roda katanya. Kadang dibawah, kadang ditengah-tengah, kadang juga kita sedang diatas. Permainan itu hanya milik Allah. Kita hanya bisa berusaha untuk tidak berada pada posisi yang tak kita kehendaki. Namun jika sudah berdoa dan berusaha untuk tidak berada pada posisi tak nyaman, jangan pula lalu kita menyalahkan Allah. Terkadang, kita kerap alpa ketika doa dan usaha belum dikabulkan. Bisa jadi Allah SWT telah mengabulkan doa kita dengan tidak memenuhi permintaan kita. Sebab Allah maha mengetahui setiap sisi mudharat yang akan terjadi jika permintaan kita dikabulkan.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Sungguh Allah SWT senang ketika kita merengek dan meminta kepada-Nya. So, dengan begitu tentu tak ada yang sia-sia kan? Bukankah tidak Dia ciptakan kita, selain untuk beribadah kepada-Nya? Meski pahala dan dosa bukan urusan kita, namun tentu kita tahu secara syariat, ketika kita berbuat baik maka imbalannya adalah pahala. Sekali lagi, TAK ADA YANG SIA-SIA.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Terakhir, berserahlah kepada-Nya. Sekecil apapun urusan itu, Allah maha mengetahui dan sebesar apapun problem yang kita hadapi, Insya Allah akan terasa ringan jika kita mencoba ikhlas dan sabar dengan menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Sang Khalik, pemilik alam semesta.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Ini hanya nasehat untuk diri pribadi teman, namun jika mengena dan dirasa berguna, tulisan ini tak lebih dari sebuah sharing. Semoga kita senantiasa diberikan rahmat dan keridhoan-Nya. Yuk, kita belajar ikhlas. Karena hidup adalah belajar, tentu tak ada kata terlambat bukan? Dengan mencoba ikhlas, itu juga berarti kita juga telah menuju bijak. Bijak pada diri, sabar pada setiap temuan dalam perjalanan hidup.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Barakallahu laka wa baraka 'alaik, wa jama'a bainakuma fi khair.. ^_^</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana; "><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Arga Makmur, 06.00 WIB 20/8/2010</span></span></p><p></p>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-8835909292626061302010-06-27T23:49:00.000-07:002010-06-27T23:51:07.816-07:00Hujan; Sahabat Mantan Kekasih<div style="text-align: justify;">AKU menemukan setitik harapan ketika senja dibalut rinai. Ruang hampa seakan terisi saat kabar menyeringai tentang perasaan awal dari beradu pandang dan semua tentang hidup ketika jalan takdir mempertemukan kita kala itu. Batas sepi telah terkotak dengan tapal kehidupan masa depan membentang. Aku hidup, kembali mulai mengeja satu per satu mimpi yang sempat terlewati karena galau. Ya, karena kau ada di sini. Bersamaku, menghitung rintik hujan setiap senja tiba.<br />Kita hidup dalam satu musim, hujan. Mungkin dengan kesamaan itu, kita lebih mengerti atas sikap yang diperagakan. Layaknya hidup, sandiwara memang. Aku yakin kita memiliki peran berbeda, tapi saling melengkapi. Jika kemudian satu diantara tulang rusukku itu adalah kamu, keikhlasan sebenar sudah terpatri ketika detik pertama aku melihat keriting rambutmu.<br />Tulus, selayaknya setiap kata yang kau ungkapkan menjelang keberangkatanmu. Beberapa tanggal kemudian terlewati, hingga kemudian rindu membuncah. Meski asing, aku tak merasa terasing. Karena ternyata rasa itu juga kau rasakan seiring gelap kemudian berganti terang, dan begitu seterusnya.<br />Inilah aku. Aku yang mencoba untuk yakin bahwa yang mencari akan menemukan, dan yang pergi akan kembali. Membenarkan setiap sisi kesalahan dan mencoba untuk percaya kepergianmu memang akan kembali untukku. Sementara aku telah menemukanmu diantara pekat, pahit dan keterasingan masa lalu.<br />Hadirmu menyejukkan hati. Begitu selalu ku enduskan pada setiap nafas, tepat di sisi telinga kananmu. Tentu kau masih ingat bukan? Hari-hari itu memang indah.<br />"Jika kemudian kau adalah pendampingku, ku harap hatimu tetap terjaga. Dan biarkan selamanya tangan ini selalu ada di pundakmu," begitu katamu. Itulah alasan lain yang kemudian membuat aku percaya, pertemuan kita adalah awal dari perjuangan hidup, selain karena keriting rambutmu.<br /><br />***<br /><br />Musim kini berganti. Kepergianmu juga telah membuat perbedaan masa dan musim yang selama ini kita jalani bersama. Tetap hujan, namun kali ini petir menyambar. Suara teduh kemudian berganti gaduh dan kita tak lagi bisa saling melengkapi. Mungkin aku telah keliru meluruskan tulang rusuk itu. Keliru, dan kesalahanpun sampai saat ini tak penting untuk diperjelas. Karena memang pengadilan itu ternyata tak ada. Tentu jika ada, aku akan mencari advokat kondang untuk memperjuangkan perasaanku kala itu. Tapi gelap tetaplah gelap, begitu juga dengan terang. Karena aku yakin, duka kita sekalipun tak akan menghalangi terbitnya matahari esok. Bagiku, bersamamu hanya sekeping perjalanan hidup yang masih terus berlalu dan tak seorang pun tahu kemana, dan apa muara sebenarnya.<br />Rien, kuakhiri kebersamaan denganmu. Ternyata kita hanya berada pada satu garis dalam semusim. Semoga kau bisa menjalani setiap konsekuensi pilihanmu.<br /><br />***<br /> <br />Rumit memang untuk menyatukan perbedaan. Dengan alasan itu pula terkadang sendiri itu nyaman, meski harus diakui kadang sepi menyapa saat sela waktu jenuh. Aku tetap survive. Kembali merangkai benang dan bercinta dengan logika. Bukankah indah akan tiba pada saatnya? Pencarian kadang memang butuh waktu dan melelahkan.<br />Adalah sebuah pertemuan tak terduga. Aku yakin ini juga merupakan sebentuk kepingan hidup yang entah akan berujung apa. Tentu jika dia ibarat pohon randu, maka kapuk akan bertebaran ketika kulitnya mulai layu dan tak mampu menahan desakan keinginan untuk terbang bersama angin.<br />"Ya, masih ingat. Dulu, Rien banyak bercerita tentangmu," katanya datar, gadis berkerudung hitam itu kemudian melemparkan senyum.<br />"Dulu, mungkin iya. Kini aku hanya mampu menghitung rintik hujan sendiri, tentu tak banyak yang kudapat. Bagaimana dengan arjunamu, kabarnya dia baru saja lulus perwira?" aku menyela membalas senyum sedikit geli dengan kata-kataku sendiri.<br />"Hmm.. Sudahlah, ternyata waktu hujan memang tak selalu sama. Logika kita terkadang tak sama dengan apa yang dipikirkan orang lain. Enam bulan lalu, dia memilih untuk pergi dari kehidupanku," dia mencoba tetap tampak tegar.<br />Aku merasakan ada kesedihan tersendiri ketika lirihmu seakan putus asa. Embun, begitu kau akrab kusapa. Aku mengenalmu justru dari Rien, sebuah nama tentang masa lalu yang mengajarkan aku tentang perjuangan dan keinginan yang tak dapat diraih. Embun, perempuan berkerudung dengan tutur kata lembut menyejukkan.<br />Rien dan Embun memang sempat akrab. Mereka satu kampus dan sering menghabiskan waktu bersama. Tapi kemudian waktu menjawab keakraban mereka karena Rien memilih untuk menikah, setelah beberapa tahun melepas cerita denganku. Selanjutnya, mereka kemudian disibukkan dengan aktivitas masing-masing. Begitu juga denganku.<br />Embun masih berdiri dibawah teduhnya balkon ruko dan mencoba untuk tampak akrab denganku setelah sekian tahun kami dipisahkan waktu. Gerimis kala itu. Di sudut kiri kami, tampak ibu-ibu penjual gorengan dengan seorang anak gadisnya yang mencoba melayani setiap pembeli berpayung.<br />Hening, hanya titik gerimis yang kemudian berubah menjadi butiran hujan diiringi riuh lalu-lalang kendaraan. Sementara itu, aku mencoba untuk melepaskan kepenatannya atas masa lalu dengan menggiring langkahnya menuju pondok gorengan pada pojok terminal. Kami kemudian larut dalam cerita. Tawa dan keakraban pun mulai tampak ketika tanpa ragu aku mencoba menggodanya sembari memanggil dengan sapaan Zaskia.<br />"Mirip sih. Boleh ya, mulai sekarang aku panggil kamu Zaskia, tapi tanpa Adya Mecca, gimana?" kelakarku sembari tertawa lebar.<br />"Enak aja. Potong tumpeng tau, ganti nama orang sembarangan," Embun membalas tawaku dengan senyum terindah.<br />Meski terdengar keberatan, tapi aku yakin sebenarnya Embun senang ketika aku panggil Zaskia. Jadilah mulai saat itu panggilan Zaskia melekat padanya, dan itu hanya aku yang memanggil.<br /><br />***<br /><br />Tak sedikit terlintas. Ternyata pertemuanku dengan Zaskia di pondok gorengan itu adalah sebuah awal dan akhir pertemuan di kota ini. Sebab beberapa bulan kemudian dia harus pulang ke kotanya setelah rampung menyelesaikan kuliah dan resmi menyandang gelar sarjana. Dia tak sempat berpamitan langsung karena mengaku buru-buru dan dijemput keluarga. Aku juga mengetahuinya setelah dia mengirimkan pesan ke handphone dan mengatakan, saat itu dia sudah berada di kota kelahirannya.<br />Bagiku tak masalah. Karena komunikasi selama ini sudah cukup membuktikan ada perasaan lain, setelah pertemuan itu. Meski jauh, kami tetap saling memberi kabar diantara kesibukan.<br />Berat sebenarnya ingin kuungkapkan kalau aku menaruh simpati pada Zaskia. Hanya dorongan keinginan dan harapan cukup kuat seakan memaksa, hingga kemudian aku beranikan diri tuk menyatakan apa yang sebenarnya selama ini aku pendam. Aku jatuh hati pada Embun, ya Zaskiaku.<br />"Aku bukan sosok Rien, dan aku tak jamin bisa menemanimu menghitung rintik hujan seperti dia," ujar Zaskia di ujung telepon.<br />"Tapi setidaknya kau hadir pada waktu tepat. Saat keterasingan dan bara api itu mulai padam karena hujan," aku kembali meyakinkan.<br />"Tapi semuanya sudah terlambat. Rien telah mengisi hatimu lebih dulu, dan aku bukan dia. Kamu harus tahu itu."<br />"Lalu apakah sesuatu yang terlambat tak perlu dimulai? Semua telah ku perjelas, telah rampung dalam setiap kata. Mengalir dalam mata hati yang berbuah ketulusan. Masihkah kau ragu Zaskiaku?."<br />Hanya diam, dan aku yakin diam ternyata bukanlah jawaban. Karena memang dia masih benar-benar ragu.<br />"Jarak yang tak mungkin membuat kita bersama," katanya kemudian.<br />"Bukankah niat adalah awal? Jika niat sudah terpatri, ku yakin semua akan ada cara," ujarku tak mau kalah.<br />Aku masih mencoba untuk meyakinkan Zaskia, bahkan berbulan-bulan itu terjadi. Hasrat ingin melukiskan rindu tak dapat kucegah. Namun bagaimana bisa kulukiskan rindu jika kanvas di hatinya masih enggan dia buka. Bagaimana pula aku akan datang menjemputnya, jika sedetik saja berlalu dia kembali ragu.<br />Aku mengenalnya lewat syair, kisah raut wajah segala harap tentang hidup dan mati. Aku mengaguminya karena pikiran dan kegigihan, memberi suatu pelajaran tentang perjuangan. Kini, esok dan akan datang. Meski jauh dan mungkin bukan untukku, semua telah terpatri indah. Hanya hayat dan semangatnya yang mampu membangunkan dari lelap galau.<br />Desir angin pagi itu adalah getah musim di akhir Juni. Meleleh pada akar masa lalu dan bersarang muasal pada nista terindah. Setidaknya, dengan mengenal Zaskia aku telah melangkah dan meninggalkan masa lalu. Meski ku yakin tak selamanya jalan itu lurus. Kupasrahkan segala asa di setiap relung hati, ku tumbuhkan suburnya rindu dan kupinang dia yang ku datangi pada setiap helai nafas. Bercerita tentang keindahan, hingga senja perlahan lindap dan hujan menyegarkan. Karena aku yakin, ketika hujan ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu.<br /><br />***<br /><br />Hari ini, hujan kembali menggelitik gelisah. Menderu seperti ombak menghempas pasir putih di pantai perawan. Sementara aku terdiam di salah satu bangku bis tua yang akan menghantarkanku ke kotamu, Zaskiaku. Haru, penuh harap. Tak kuhiraukan sekelebatan pecahan-pecahan air yang menyentuh dinding kaca bis yang seakan merembes mengenai wajah. Tubuhku terpaku pada jendela serambi mobil. Butir-butir air itu terus turun, musim hujan kali ini serasa menghentakkan. Menekan batin meronta, mencoba merengkuh sang perempuan yang mulai getir karena dingin.<br />Kaukah perempuan itu Zaskiaku? Hadir di relung hati, menyibak sepi dan mencoba membuka mimpi. Hidup di tengah-tengah keramaian, namun jiwamu tetap damai. Menawarkan relung demi relung harap dan berkomitmen melihat keindahan serta hadapi duka bersama. Semoga saja.<br />Apapun keputusanmu saat aku tiba di halaman, setidaknya aku sudah siap dan yakin karena Tuhan selalu punya cara bagaimana pertemuan terjadi, begitupun Dia juga punya jalan perpisahan ketika harus terjadi. (**)<br /><br />Arga Makmur, 02.51 WIB, 24 Juni 2010 </div>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-6222817660711810812010-01-24T04:49:00.000-08:002010-01-24T04:51:45.438-08:00Temaram Bulan Cassanova<div style="text-align: justify;">*Rama Diandri<br /><br />"Kau haus?" tawarku...<br />Seketika kau langsung ambilkan seloki black label untuk sedikit membasahi kerongkongan. Begitulah caramu melayaniku. Tak haus pun, kau selalu menawarkan kesegaran. Begitu juga dengan kehangatan saat dingin malam mulai menusuk pori.<br />"Abisin minumnya ya Bang," ujarmu kemudian menawarkan dan langsung mengambil gelas penuh buih, bak debur ombak di pantai perawan. Sesekali kepalamu kau sandarkan tepat di bahuku. Kau begitu manja, tak juga hilang ku merinding ketika kau mulai berbisik mesra sembari menghembuskan nafas tepat di telinga. hmm.. Semua terasa indah.<br />Basa-basimu cukup klasik. Kau menanyakan nama, sesaat kemudian aku pun balik tanya. Namun namamu tak begitu jelas di telinga. Bagiku, bukanlah hal penting yang mesti kuingat hingga kemudian berlabuh pada titik jenuh. Yang pasti, malam ini kau milikku, begitu juga sebaliknya.<br />DJ mulai memainkan musik, menari, menata gerak dan berusaha tak kaku. Kau menggodaku, lagi-lagi dengan ajakan tangan nakalmu. Awalnya aku tak tergoda, tapi kulihat kau begitu mesra. Naluriku bangkit hingga kemudian membiarkan tangan dan kaki bergerak mengiringi dentuman bass yang semakin asyik. Mari kawan, alunkan nada, goyangkan kaki dan mainkan tangan terampil... hehe.. Semakin asyik, godekan kepalamu diiringi alkohol. Aku tersenyum, mencoba menahan geli, tapi tetap menikmati. Berkali-kali hal itu kita lakukan. Naik turun lantai, hingga kemudian keringat bercucuran.<br />Kau tampak letih, terduduk lesu di kursi abu. Ketika aku menghampiri, lagi-lagi kau menunjukkan sikap manja dan menyandarkan kepala tepat di bahuku. Kali ini semakin dekat, kepalamu mulai menyentuh dada. Sesekali tanganmu kau mainkan, hanya sekedar untuk menggenggam jemariku yang mulai basah. "Bang, entar kalau ke sini lagi biar aku aja yang temani ya," lirihmu seiring manja.<br />Aku mencoba mengiyakan, dengan penuh harap kau pun kemudian tersenyum lega. Jujur, saat itu aku mencoba untuk lebih menggali apa sebenarnya yang membuatmu jatuh dalam pelukan laki-laki seperti aku, dan mungkin aku aku yang lain. Namun ternyata kau cukup jujur, tanpa ditanya kau pun menjelaskan kalau menemani laki-laki sepertiku kau hanya diupah sebesar Rp 40 ribu rupiah. "Untung kalau ada yang ngasih sebagai angpao Bang. Kalau tidak, hanya itu yang aku dapatkan bekerja semalaman," ujarmu lagi. Aku semakin terenyuh, apalagi ketika melihat terampilnya tangan-tangan nakal laki-laki lain yang mencoba menggerayangi masing-masing teman perempuannya.<br />"Disini aku baru. Belum banyak teman. Aku sempat berhenti dari dunia malam, tapi kebutuhan kemudian menuntut aku untuk kembali ke jalan ini," kenangmu dengan kepala masih berada tepat di dadaku. Sesaat aku sebenarnya sesak, namun ku biarkan kau bermanja-manja. "Toh setelah ini entah kapan kita akan bertemu lagi," pikirku.<br />Tiupan angin malam pantai semakin kencang. Sementara semakin dini, kau semakin larut dan jatuh ke pelukan. Kembali ku biarkan ketika kau ingin melayani menghidupkan sebatang rokok. Hisapan rokok itu kau rasakan dalam, setelah kemudian batang rokok itu pun kau berikan padaku. "Kau tipe cewek setia," pujiku. Mendengar ucapan itu kau hanya terkekeh. Entah apa pikiranmu saat itu, menganggap aku polos, atau justru tak mempercayai ucapanku. "Hahahaha... Abang ada-ada aja sih. Masa cewek sepertiku dibilang setia, baru kali ini aku mendengar ungkapan lelaki kepadaku," katanya dengan tawa menggoda.<br />Tapi apakah kau tau ungkapan aku itu jujur? Ah, tak penting! Yang pasti aku merasa semua manusia itu punya naluri, begitu juga denganmu. Terlepas kemudian kau memilih jalan ini, aku yakin jika ada pekerjaan lebih baik, kau akan lebih memilihnya dibanding digerayangi setiap laki-laki datang, sepertihalnya denganku.<br />Keringat di lehermu masih lembab. Kau coba untuk menyekanya dengan selembar tisu. Tak berapa lama, kau langsung memberikan permen kepadaku setelah sebelumnya kau rasakan permen itu pada lidah basahmu. "Biar nafas tak bau alkohol Bang," katamu sembari tersenyum. Aku menyambut permen itu untuk memasukkan sendiri butiran putih itu ke mulutku. Tapi segera kau menjauhkan tanganmu dari rengkuhanku. Oh.. kau bermaksud memasukkan permen itu tepat ke lidahku.. hmm.. Lagi-lagi aku memujimu.. "Kau perempuan setia," kataku dalam hati kali ini.<br />Aku mencoba melirik beberapa temanku yang mulai asyik dengan masing-masing teman wanita yang dipesannya. Aku pun tak kuat menahan kekeh, ketika salah seorang teman yang datang bersamaan denganku tadi berusaha untuk merangkul teman wanitanya. Sesaat kemudian wanita itu menolak, dan temanku tadi pun hanya bisa mengelus dada.. hehe.. Lucu saat itu. Tapi sejurus kemudian perempuan tadi menjatuhkan diri tepat juga di dada temanku. "Hahay..!" teriakku dalam hati. Padahal, teman yang satu ini awalnya cukup anti dengan dunia-dunia seperti ini. Tapi mungkin ketika telah dihadapkan dengan hal-hal menarik, naluri lelaki mana yang tidak tergoda.<br /><br />***<br /><br />Semakin malam, bahkan sudah pagi. Jadi ingat lagunya Doel Sumbang. Kalaupun teman wanita di sampingku ini bernama Ema, tentu aku akan menyanyi.. "Geura Balik Silaing Ema.. Hayam jalu geus kongkorongok.." hehe..<br />Semakin dingin, dan persediaan pun semakin menipis. Bersegera salah seorang temanku tersadar dan mengajak kami pulang. Sebelumnya, ku selipkan beberapa lembar uang Rp 50 ribuan untuk teman kencanku tadi. "Senang bersamamu," ucapku sembari memberikan lembaran rupiah. Kau tampak sumringah dan aku pun kembali terenyuh..<br />"Semoga kau dapatkan pekerjaan lebih baik," ucapku dalam hati dan meninggalkan dentuman bass, riuh suara genit juga polos wajah 20 tahunmu. Setidaknya, hadirmu kali ini membuktikan kalau malam tak selamanya gelap.<br />Semakin jauh, wajahmu pun hilang seiring temaram bulan cassanova. (**)<br /><br />Bengkulu, 18 Januari 2010<br />*Cerita ini hanya fiksi belaka. Jika ada kesamaan tempat dan kejadian semata-mata hanya kebetulan.</div>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-23832432480635747192009-12-10T11:09:00.000-08:002009-12-10T11:10:04.249-08:00Mengeja MalamMalam kini semakin larut, selarut hati akan gundah dan tak tau apa yang digundahkan. Jika ini sebuah kesalahan, maka salahlah aku. Namun yang pasti, tenang itu tak kudapatkan. Entah apa yang terjadi diluar sana, mencoba meraba, mereka-reka, namun semua tetap abu-abu..<br /><div style="text-align: justify;">Hanya Engkau sang penguasa alam yang tau akan kegundahan dan kegalauanku.. Sementara aku sendiri tak mampu mengejanya..<br />Larut, semakin hening..<br />Aku masih saja mencoba untuk tenang.. Sedangkan raga tak mampu menari tuk tinggalkan sepi.. Terbawa suasana akan lagu? tak mungkin, lagu galau itu selalu kusenandungkan ketika bahagia sekalipun..<br />Aneh memang, ini hampir terjadi hampir sepekan.. Rindu? mungkin iya, tapi adakah rindu itu bertuan? aku juga bingung mau menempatkan kata itu kepada hati yang mana. Adakah hati yang sanggup menampung rinduku? hmm..<br />Bagaimana dengan tidur?<br />Sudah kucoba, namun tetap tak bisa lelap..<br />Begitu lama malam sudah terlewati, menatap sendu penuh harap agar jarum jam berputar cepat. Melewati angka 1 berulang-ulang hingga hentakan langkah jemari kakinya menyemarakkan riuh degup jantung. Menggelitik kegelisahan yang berderu seperti ombak menghempas pasir putih di pantai perawan. <br />Kursi coklat setengah baya bersandar di tembok kuning sedikit luka.. hmm.. Entahlah.. aku harus akhiri semua.. Bantu aku Ya Rabb... tenangkan hati dan semoga aku dan orang-orang dekatku selalu ada dalam lindungan-Mu.. </div>to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-13614316717361223652009-09-03T11:27:00.001-07:002009-09-03T11:27:34.583-07:00Untukmu Terkasih...*Rama Diandri<br /><br />Gurat-gurat letih kulihat diantara ketulusanmu<br />Dalam kelam semu, jiwamu penuh harap<br />Merubah butiran peluh menjadi madu<br />Menjalani langkah, dingin membekap<br /><br />Salahku...<br />Takdir menemukan diwaktu senja<br />Mestinya kau kujaga sejak belia<br />Harusnya madu itu aku yang meramu<br />Menuntun langkah, mengubah salju<br /><br />Hmm.. Kini hanya sesal tak berasal<br />Sesalku mendalam disambut akal<br />Meski dingin, tapi hujan menyejukkan<br />Sebab tak mungkin takdir dipersalahkan<br /><br />Tak terhitung rintik hujan hingga kumenemukanmu<br />Tak terbilang bara kulalui menujumu<br />Kurasa hening itu berdenting<br />Mengharapmu menguatkan taring<br /><br />Semoga Masih Ada Kesempatan...<br /><br />Arga Makmur 04/09/09to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-41201826042552797442009-09-03T11:25:00.000-07:002009-09-03T11:26:59.434-07:00Munajat*Rama Diandri<br /><br />Jejak hidup masih memagut<br />Menancapkan duka, cambuk bahkan duri..<br />Seketika mendesir, dingin membalut<br />Aku lunglai, namun tetap menari...<br /><br />Kuasa keagungan-Mu yang membuat kuat..<br />Al-Qawiyy-Mu pula yang membuat tekad<br />Tuntun aku ya Rabb...<br />Tertunduk, aku kembali bermunajat...<br /><br />Butiran itu kembali menetes<br />Bersimpuh, ampun terpatri<br />Desiran itu kembali memoles<br />Sebab hanya ikhlas, sejukkan hati..<br /><br />Arga Makmur 3/9/09to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-668861844390178552009-08-19T00:22:00.000-07:002009-08-19T00:23:01.762-07:00Sesalku...*Rama Diandri<br /><br />Kudengar cerita tentang masa lalu<br />Anganku menyeruak, mengharu-biru<br />Kau terasing, menatap sedih dan ragu<br />Apakah kamu mengingatku?<br /><br />Akhirnya sampai juga pada penyesalan<br />Karena ambisi dan ego menjadi lalapan<br />Dulu kau tak begitu<br />Mungkin keramaian yang membuatmu beku<br /><br />Tak sedikit pun kuingin kau terasing<br />Tak separuh pun riuh mengharapmu terbanting<br />Tak juga rela melihatmu tergopoh<br />Terlebih, sesalku mendalam ketika kau roboh<br /><br />Dulu kuingin kamu tetap disini<br />Namun apa lacur, nasi sudah menjadi bubur..to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-54572200453344122072009-08-19T00:21:00.001-07:002009-08-19T00:21:47.980-07:00Aku dan HarapankuBILA malam sudah beranjak mendapati Subuh, kadang aku membayangkan dirimu yang sedang terbaring letih menemaniku. Kutatap wajahmu yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian tak menemukan kesempatan untuk istirahat barang sekejap. Kalau saja tak ada air wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikanmu akan habis.<br />Sesudahnya, aku juga membayangkan tentang esok hari yang kan kita lalui bersama. Disaat kita sudah bisa merasakan betapa segar udara pagi, tubuh letihmu barangkali belum benar benar menemukan kesegarannya. Disaat seperti itu, aku memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anakku nantinya, seperti kisah dari negeri dongeng. Sementara disaat yang sama aku menuntut dia untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam bicara, tulus dalam memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya.<br />Sesudah aku terasa puas memandangimu yang terbaring letih, setelah aku perhatikan gurat-gurat penat di wajahmu, maka aku biarkan kau sejenak untuk meneruskan istirahat. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa mengusik tidurmu, kemudian kutahan dengan sehelai selimut. Kan kuhamparkan ke tubuhmu dengan kasih sayang dan cinta yang tak lekang oleh perubahan. Sebab kuyakin, tak ada laki-laki mulia selain laki-laki yang memuliakan wanita…<br />Setangkup harap kemudian kuhatur, semoga kau benar-banar mencintaiku, menyayangiku dengan ikhlas. Indahnya, semoga ada kerelaan untuk menerima apa adanya. Sebab kuyakin, Karena cinta kita ada.. dengan cinta kita bertumbuh dewasa.. untuk suatu persembahan cinta kita bekerja.. dan cita tertinggi kita adalah meraih kecintaan dari Sang Pemilik Cinta..<br />Terimalah persembahan cinta dariku, untukmu dan semoga, selamanya…<br />Cinta adalah ketika kamu menerima seluruh kelemahan kekasihmu dan memeluknya sembari berkata, "apapun yang terjadi, aku tetap mencintai kelemahanmu dan selalu ada air mata yang menyertai." (**)to be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2436419516098736803.post-10377294590327517092009-08-19T00:17:00.000-07:002009-08-19T00:20:43.060-07:00Membunuh Sepi*Rama Diandri<br /><br />Kalut kemelut seekor perkutut<br />mencoba terbang, sangkar membalut<br />riuh lepas sepi pun memagut<br />semoga tangis tak jadi patut<br /><br />Bakar saja.., Ludeskan!<br />Bukankah api tersulut, angin berhembus?<br />Tapi hujan menyiram badan<br />menjinakkan bara, dingin terendus..<br /><br />Sepi ini nyata..<br />Tapi hujan membuat nyaman<br />Tak ada lagi bara menyapa..<br />Sepi dibunuh di rimba hutanto be kinghttp://www.blogger.com/profile/02202060075049845987noreply@blogger.com0