12/15/2008

2 Bulan Jadi Tahanan Polsek, Ainun Curhat

Ngaku Benci, Tapi Rindu

MASIH ingat dengan Ainun? Guru MAN Model yang tinggal di Jalan RE Martadinata 6 No 100 RT 03 RW 06 Pagar Dewa, Kota Bengkulu yang nekat menghabisi nyawa suaminya sendiri, Suradi Budiman S.Sos? Sejak menjadi tahanan Polsek Selebar sekitar 2 bulan lalu, dia tampaknya banyak merenung dan mengenang kisah-kisah pahit perjalanan hidup yang dideritanya. Bahkan dari kesendiriannya menjalani tahanan di Mapolsek, guru Fiqih MAN Model ini sempat menulis dan menguraikan permasalahan yang sebenarnya terjadi, hingga dia nekat menghabisi nyawa sang suami. Bagaimana kisah Ainun?
Melalui catatan yang ditulisnya, permasalahan rumah tangga yang terjadi antara dia dan Suradi sebenarnya bermula ketika akhir tahun 2002 lalu, almarhum Suradi (suaminya, red) baru pulang dari Jawa. Pada saat itu, Suradi membawa keris yang diakui Suradi sebagai peninggalan orang tuanya. Keris itu kemudian dipelihara Suradi dengan cara mengolesinya dengan minyak duyung dan ada kemenyan. "Saat mengetahui kalau suami saya membawa keris itu pulang, saya sempat menanyakan kepadanya dan mengingatkan dia. Sebab saya takut barang-barang semacam itu ada tumbalnya," cerita Ainun. Namun hal itu hanya diacukan oleh Suradi. Sebab menurut Suradi, dengan keris itu mereka akan dilimpahi banyak rejeki. Bahkan menurutnya, setelah itu Suradi rutin 3 kali setahun pulang ke Jawa. "Alasannya pada waktu itu mengantar tamu. Namun setiap pulang dari Jawa, dia selalu membawa bunga-bunga dan bungkusan berisi kemenyan," ungkap Ainun.
Permasalahan kemudian meruncing ketika tahun 2004, dia diajak Suradi untuk pergi ke tempat kos Puji Rahayu (saat itu masih berstatus pacar Suradi, red) yang terletak di belakang dealer Honda Jalan Salak Raya. Saat tiba di kosan Puji, menurut Ainun, ternyata wanita yang baru diketahui adalah pacar suaminya itu sedang tidak berada di rumah. Ketika mengetahui kalau Puji tidak ada di rumah, Suradi kemudian bermaksud mengantar pulang Ainun dan akan kembali mencari Puji Rahayu dengan dalih kalau Puji juga menjadi tanggung jawabnya. "Terus terang saya kaget. Bagaimana mungkin Puji merupakan tanggung jawab suami saya. Sedangkan saya dan anak-anak terkesan ditelantarkan olehnya," kenang Ainun. Mencium gelagat yang tak mengenakkan, Ainun memilih untuk turun dari mobil. Pada saat inilah, Suradi kemudian mengatakan kalau Ainun istri yang tak bisa diatur. "Sembari mengomel, dia juga sempat mendorong saya keluar mobil dan mengakibatkan kepala saya membentur benda keras. Kepala saya benjol dan pusing. Sehingga harus mendapat pertolongan medis di RSUD M Yunus. Aksi kasar yang saya alami ini terjadi di ruas Jalan Hibrida Raya," katanya.
Pada tahun 2004 juga, lanjut Ainun, adik Suradi bernama Suratmi yang bekerja di Arab sempat mengirimkan uang Rp 10 juta untuk disimpan dan dititipkan kepada mereka. Uang itu kemudian habis dan dia sama sekali tak mengetahui untuk apa uang itu dipergunakan Suradi. Bahkan tak lama berselang setelah itu, dua guru MAN Model bernama Evi dan Erta (teman Ainun, red) sempat melihat Suradi berangkat ke Jakarta bersama salah seorang perempuan. "Sekolah pada saat itu sempat heboh. Tapi karena suami saya pamit baik-baik dan mengatakan akan berangkat ke Jawa untuk mengambil obat agar rumah tangga mereka tentram, saya tetap membela suami saya," kata Ainun.
Belakangan diketahui, kata Ainun, keberangkatan Suradi itu ternyata untuk menggugurkan kandungan salah seorang perempuan yang sudah berusia 5 bulan. Hal ini berdasarkan keterangan kakak kandung Suradi, Supinah yang mengaku mengantar langsung Suradi ke salah seorang dukun yang bertugas untuk menggugurkan kandungan tersebut.
Tepat pada tahun 2005, lanjut Ainun, mereka sekeluarga kemudian pulang ke Jawa. Saat itulah kemudian Suradi memperlihatkan kepadanya kalau suaminya itu sudah memasang susuk di pipi dan di tangan kanannya. Ainun mengaku sangat kalut. Bahkan ketika naik motor dia seringkali tak sadar dan beberapa kali mengalami kecelakaan lalulintas.
Soal izin menikah Suradi dengan istri keduanya (Puji Rahayu, red) diungkapkan Ainun, hal itu dilakukannya karena ada dua orang teman Suradi yang mendatangi rumahnya dan mengatakan kalau Suradi tak menikahi Puji Rahayu, Suradi akan digorok dan dibunuh keluarga Puji. "Oleh karena itu saya mengizinkannya untuk menikahi Puji," katanya.
Tahun 2006, kenang Ainun, Suradi juga sempat menggadaikan sertifikat tanah dan rumah milik mereka kepada loket penjualan tiket di Lingkar Timur. Hal ini dilakukan Suradi karena setoran uang tiket kurang. Bahkan dia juga sempat disuruh Suradi untuk kembali meminjam uang di bank sejumlah Rp 36 juta. Pinjaman ini kemudian digunakan Suradi untuk membeli mobil. Masih menurut Ainun, hasil rental mobil usaha Suradi, juga tidak diberikan sepenuhnya kepada dia. Padahal, secara materil mobil tersebut dibeli dari uang yang dipinjamnya di bank dan angsurannya dilakukan dengan memotong sebagian dari gajinya.
Tahun 2007, Suradi sempat bercerita dengan kakak iparnya bernama Sutejo. Saat itu, Suradi mengatakan kalau dia tak sepakat lagi dengan Ainun dan mengatakan keluarga Ainun tidak boleh datang lagi ke Jawa dan begitu juga sebaliknya, keluarga Suradi tak boleh lagi datang ke Curup," katanya. Tak hanya sampai disitu, setelah dililit hutang cukup besar, pada tahun 2008 sebelum tragedi pembunuhan itu dilakukan Ainun, Suradi sempat menyuruh Ainun untuk meminjam koperasi di MAN Model. Uang itu kemudian dipergunakan untuk menambahi kredit mobil yang kurang dan tambahan proyek komputer. Akibat derita yang dideritanya itu, kata Ainun, dia sudah beberapa kali untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Bahkan dia sudah berusaha meminta untuk bercerai, namun tak pernah disetujui Suradi.
Pertengahan 2008, Suradi kemudian menjadi Ketua RT. Pada pertengahan bulan puasa, Suradi sempat menyuruh Ainun untuk mengambil BLT di Kantor Pos. Alasannya untuk menambahi membeli baju anak-anak. "Sebenarnya saya keberatan dan tidak menyodorkan kartu BLT beridentitas orang lain tersebut. Dengan dalih pihak Kantor Pos meminta KTP, saya pun membatalkannya," kata Ainun.
Di sisi lain, Ainun juga menceritakan kalau Suradi menyimpan batu cincin dari kayu. Curiga dengan batu cincin itu, kemudian Ainun langsung mendiskusikannya dengan salah seorang temannya bernama Ema. Dari hasil diskusi itu, mereka kemudian pergi ke orang pintar bernama Koko. Dalam keterangan orang pintar tersebut, apabila dipelihara, maka cincin itu akan meminta tumbal yakni anak kedua mereka bernama Ipah. "Anak saya yang kedua ini memang sangat disayangi Suradi. Tapi anak ini selalu benci dengan saya. Saat disuruh, dia balik membentak," katanya. Akhirnya, tanpa sepengetahuan Suradi, Ainun mengembalikan cincin yang diyakini akan mendatangkan rejeki berlimpah tersebut kepada Koko untuk dipulangkan ke Jawa. Selanjutnya, terjadilah tragedi pembunuhan yang direncanakan oleh Ainun dan Ed, yang diakuinya sebagai keponakan.
Ainun juga mengakui, kalau selama ini dia merasa benci dengan Suradi. Kendati demikian, di bagian hatinya yang lain dia mengaku rindu dengan suaminya itu. Hal yang mengerikan lagi, kata Ainun, dia sempat menderita penyakit aneh berupa batuk terkencing-kencing dan setelah diobati kemudian keluar jarum dari bagian dadanya. "Oleh karena itu, saya ingin publik mengetahui dan tidak memandang dari satu sisi tindak pidana yang saya lakukan saja. Namun, derita saya bertahun-tahun juga menjadi pertimbangan. Pembunuhan itu saya lakukan karena batin saya sedang terguncang," sesalnya. (rew)

Tidak ada komentar: