5/15/2009

Ratusan Petani Penuhi Lapas Arga Makmur

PENAHANAN terhadap lima aktivis PKBHB dan STaB, memancing reaksi solidaritas kerabat, sahabat, kolega dan bahkan ratusan petani Bengkulu Utara. Tak heran, dengan diterimanya informasi terkait penahanan kelima tersangka tersebut, sejak kemarin pagi Lapas Arga Makmur dipenuhi ratusan pembesuk kelima tersangka. Bagaimana ceritanya?

RAMA DIANDRI, Arga Makmur

USIN Abdisyah Putra Sembiring SH, Dediyanto SPt, Tugiran SPd, Budi Syahroni SKM dan Marhendi SH ketika ditemui koran ini kemarin tampak tetap segar walau raut haru tetap menyelimuti. Ketika menyapa beberapa kerabat dan para petani yang datang bergantian, mereka tetap bisa memberikan semangat lebih dan menguatkan para petani agar tetap melaju pada trek kebenaran. Begitu juga sebaliknya, para pembesuk tampak juga menenangkan kelimanya agar bisa tawakal menjalani hidup.

“Ini pengalaman pertama bagi kami. Tadi malam, kami menikmati malam pertama kami. Tapi ya itu, malam pertamanya tak seperti malam pengantin,” kata Dediyanto yang kemudian diiringi tawa rekannya Budi Syahroni.

Diungkapkan pria yang akrab disapa Dedi ini, ternyata di dalam Lapas Arga Makmur baik pegawai Lapas maupun warga binaan ada orang-orang mereka. Ini artinya, menjalani hari-hari di Lapas Arga Makmur bukanlah merupakan sesuatu yang bisa dianggap menyempitkan hati. “Terus terang, ini benar-benar jadi pengalaman bagi kami. Tadi malam, bahkan kami sempat berdiskusi dengan kawan-kawan petani yang ternyata tersandung kasus lain. Setelah bertemu, kami bisa sharing. Begitu pun dengan pegawai Lapas,” ujarnya.

Terkait dengan kasus yang tengah mereka hadapi, sama halnya dengan yang diungkapkan kuasa hukumnya, Agustam Rahman, peta kasus sudah benar-benar jelas. Sehingga mereka tak ragu lagi untuk menentukan langkah. “Petanya sudah jelas, kita dizolimi. Bahkan penahanan yang dilakukan di luar konteks kasus yang tengah kita hadapi,” tutur Dedi.

Sementara itu, Usin Abdisyah Putra mengungkapkan, pasca ditahannya mereka, kendali PKBHB dan STaB dia mandatkan kepada Agustam Rahman yang juga merupakan kuasa hukumnya. Dengan demikian, PKBHB dan STaB akan tetap eksis dan berjalan sebagaimana biasanya. “Kepada kawan-kawan petani, kami mengharapkan agar tetap tenang dengan musibah ini. Semuanya pasti ada jalan keluar. Betapa pun itu berat, kita yakin kita berjalan pada trek yang benar. Bukan kesalahan yang kita bela,” tandasnya. Tindak lanjut mandat yang diberikan tersebut, Agustam kemudian juga memandatkan khusus Perkumpulan Kantor Bantuan Hukum Arga Makmur (PKBHA) akan dikendalikan oleh Eka Septo.

Pantauan Radar Utara, selain ratusan petani tampak juga beberapa rekan kelima tersangka yang ikut membesuk ke Lapas Arga Makmur kemarin. Diantaranya, Direktur Kabahil Centre, Discoman Andalas dan beberapa kawan-kawan NGO lainnya. Tak ketinggalan, beberapa keluarga kelima aktivis tersebut juga ikut memenuhi aula Lapas Arga Makmur. Ada juga anggota KPU Bengkulu Selatan (BS) yang sengaja datang untuk membesuk kelimanya. Bahkan hingga tadi malam, ratusan petani pun tetap tampak ramai mengunjungi Kantor PKBHA di Arga Makmur. Baik petani dari Giri Mulya, Putri Hijau dan dari kabupaten lain pun ikut datang menunjukkan solidaritas mereka.

Sempat Diancam
Di sisi lain, kepada RU kemarin Dediyanto menjelaskan, sekitar 6 bulan lalu tepatnya tanggal 17 Oktober 2008 saat dia dan teman-temannya sedang merancang untuk melakukan aksi demo menuntut penahanan Gubernur Bengkulu Agusrin M Najamudin, dia sempat menerima SMS (short message service) dari nomor tak dikenal yang berisi ancaman yang melarang untuk melakukan aksi demonstrasi. “Dalam isi SMS itu saya mau dikarungi apabila tetap melakukan demo. Sampai saat ini SMS nya masih saya simpan dan sampai saat ini pula saya tidak mengetahui siapa sebenarnya peneror itu,” ungkapnya sembari menunjukkan isi SMS tersebut.

Apakah menyesal telah mengurus petani TCSSP?
Baik Dedi, Tugiran, Usin, Budi dan Marhen, kelimanya mengaku ikhlas telah membantu petani dalam menghadapi beberapa kasus selama ini. “Tuduhan yang diberikan kepada kami yakni menggelapkan uang petani jelas tak masuk akal. Bahkan laporan petani pun sudah dicabut. Seperti kita ketahui, petani yang melapor pun sebenarnya dijebak dan dibawa oknum ke Polda yang sebelumnya diiming-imingi untuk bertemu dengan Gubernur Bengkulu,” jelasnya. Bahkan lanjut Dedi, sedikit atau banyak justru uang pribadi mereka yang terkadang sengaja dikorbankan untuk mengurus petani. “Tapi inilah resiko perjuangan. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita. Kami ikhlas dan tak kapok membantu para petani,” katanya. (**)

Tidak ada komentar: