4/23/2009

"Sisi Gelap"

"Sesungguhnya suatu ketika kita bisa sakit, bisa jatuh bangkrut, bisa juga 'tergelincir' melakukan khilaf, bisa juga menangis, bisa juga punya segudang masalah, bisa juga punya hal-hal yang bahkan lebih buruk dari yang kita alami dan kita miliki"

SISI ini adalah sisi tergelap milik seseorang! Persis seperti benda yang ditimpa sinar, selalu ada bayangan berwarna gelap. Sudah menjadi hukum alam, sunnatullah. Sisi yang membuat seseorang sejatinya menjadi utuh sebagai manusia. Ketidaksempurnaan! Namun karena 'gelap' dia memang tak terlihat oleh kita. Kadang-kadang tak berhasil kita baca karena kita memang selalu mencondongkan diri pada sisi 'terang' yang menyilaukan dari orang tersebut...

Benar sekali! Setiap orang memang punya sisi gelap, kekurangan dan kekhilafan. Secara umum, kita semua mengetahuinya, menganggap hal tersebut wajar, sehingga saat ada orang lain yang sedang masuk dalam kegelapan kita bisa (berusaha) memaklumi. Tapi keadaan menjadi sulit ketika yang tergelincir ke kegelapan itu adalah orang yang kita kagumi, orang yang kita idolakan. Sulit sekali memakluminya!

Saat kita mengidolakan seseorang atas apa yang dimiliki dan dilakukannya, tanpa sadar kita jadi menaruh banyak harapan, bahkan tuntutan terhadap idola kita itu. Karena kelebihan dan ketauladanan yang sang idola miliki, kita seakan tak ingin melihat adanya kekurangan dari diri idola kita itu. Namun kadang hal itu tak dapat dielakkan. Manusia tetaplah manusia, yang ada cacat dan celanya. Dan saat kekurangan itu muncul, kekecewaan yang besar dan rasa tak terima muncul pula di hati para penggemar.

Seorang suami yang selama ini dinilai sangat mencintai istrinya (seharusnya) tidak mungkin berpoligami. Seorang anak yang dikenal pintar dan sopan (seharusnya) tak mungkin menyiksa ibunya. Seorang guru, yang (seharusnya) digugu dan ditiru, tidak seharusnya membocorkan soal ujian kepada muridnya.
Seorang pemuka masyarakat, yang berpendidikan tinggi dan terkenal baik budi, (seharusnya) tak mungkin selingkuh dengan tetangganya. Dan masih banyak seharusnya-seharusnya yang lain. Tapi ternyata yang "seharusnya tidak mungkin" itu banyak yang terjadi.Aku jadi teringat kata-kata seorang tante kepada kami para keponakannya "Kalau punya suami atau pacar, jangan diserahkan cintanya 100%, 75% saja sudah cukup, yang 25% disimpan untuk jaga-jaga kalau terjadi hal yang buruk."

Aku pikir betul juga, perlu ada cadangan, supaya nanti kalau ada kekecewaan tidak jatuh terlalu sakit. Dan ini berlaku tak hanya dalam hubungan dengan kekasih saja, tapi juga dalam pergaulan lain yang lebih luas. Termasuk saat kita mengidolakan seseorang. Jangan menilai terlalu tinggi, jangan berharap dan menuntut terlalu banyak, kalau tidak ingin menuai kekecewaan yang terlalu besar. (**)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

benar mas, cinta itu sebaiknya yang biasa - biasa saja. Karena apa .kita tidak tahu kapan kita akan membecinya. Begitu juga bila kita membenci yang biasa - biasa aja. jadi semua biasa-biasa saja

Deeedeee mengatakan...

betul sekali,, semua org punya sisi gelap yg kadang tak ingin diketahui org lain... sangat manusiawi...

"Kalau punya suami atau pacar, jangan diserahkan cintanya 100%, 75% saja sudah cukup, yang 25% disimpan untuk jaga-jaga kalau terjadi hal yang buruk."
--> saya sanagt setujuh tuk point yg ini :D