3/31/2009

Argamakmur, 1 April


Malam ini..
Kembali sadari aku sendiri
Gelap ini
Kembali sadari engkau telah pergi
Malam ini
Kata hati harus terpenuhi
Gelap ini
Kata hati ingin kau kembali
Hembus dinginnya angin lautan
tak hilang ditelan bergelas-gelas arak
yang kutenggakkan…ooo….
Malam ini
Kubernyanyi lepas isi hati
Gelap ini
Kuucap berjuta kata maki.. Malam ini..Bersama bulan aku menari
Gelap ini.. Di tepi pantai aku menangis..Tanpa dirimu dekat dimataku
Aku bagai ikan tanpa air... Tanpa dirimu ada disisiku..Aku bagai hiu tanpa taring.. Tanpa dirimu dekap dipelukku.. Aku bagai pantai tanpa lautan.. Kembalilah…Kasih ooo Kembalilah kasih.. (**)

Hmm...
Menikmati lagu Anyer 10 Maret sembari ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok, sedikit mungkin bagi sebagian kita memang menyenangkan. Asyik..! Mengenang semua yang sudah berlalu, terkadang cukup membuat kita kembali menjadi muda. hehe..
Kadang sedih, lucu, bahagia, ah...semuanya berkecamuk. Menerawang, melintas tanpa batas. Mengenang semua pilu, duka, kesedihan waktu lalu, kadang bisa menjadi sebuah kenaifan bahkan menjadi sebuah lelucon..
Entahlah.., tampaknya malam ini aku larut. Lirih dalam semua rasa dan mencoba menjadikan kesedihan menjadi suatu lelucon atau bahkan bahagia.
Sulit memang diungkapkan ketika kita harus beranjak dari suatu tempat yang selama ini sudah kita anggap nyaman. Begitu juga denganku kini, melepasmu bagiku hal terberat saat ini yang harus kulakukan. Tapi inilah sebuah konsekwensi. Ketika siap untuk memiliki, berarti kita juga siap untuk kehilangan. Tinggal menunggu kapan hal itu terjadi..
Menanti sebuah ketidakpastian, telah kuanggap sebagai sebuah kesalahan. Tanpa keseriusan, tampaknya memang sulit tuk menggapai sesuatu. Kadang, ketika kita sudah sungguh-sungguh pun sesuatu itu sulit dan mungkin tak bisa digapai. Apalagi tidak dengan sungguh-sungguh! Iya toh?
Terlepas dari itu semua, inilah perjalanan hidup. Semua ada hikmah, semua ada makna dan semua penuh arti. Mungkin seorang bocah merasa sangat kehilangan saat mainannya rusak dan tak bisa digunakan lagi. Tapi ketika sudah mendapat mainan baru yang lebih bagus, sang bocah pun kembali sumringah. Logikanya, ketika bocah tadi masih asyik dengan mainan lama, dia takkan sadar bahwa ada mainan lain yang lebih sempurna dan lebih asyik untuk dimainkan ketika melalui hari-harinya.
Ya, begitulah hidup.. Perputaran itu nyata! Intinya, tak ada yang abadi! Bukankah keabadian memang ada sesudah mati?
Sebagai hamba yang sedang menjalani perputaran, mestinya memang kita tak tertawa ketika bahagia dan tak menangis dikala duka. Hadapi dan jadilah sang pemenang!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hmm...jadi ikutan sedih nih...