12/12/2008

Kondisi Bayi Tanpa Anus Asal Seluma

Lewati Masa Kritis, Belum Disentuh Dermawan

HINGGA Jum'at (12/12) kemarin, bayi tanpa anus asal Desa Tenangan Kecamatan Seluma Timur Kabupaten Seluma, masih terbaring di box bayi Ruang Melati RSUD M Yunus Bengkulu. Bagaimana kondisi bayi yang telah diberi nama Daroeni Ali tersebut? Berikut laporannya;

=RAMA DIANDRI, Kota Bengkulu=

KEDUA tangan dan kaki serta kepala bayi pasangan suami istri, Solihin (40) dan Khotimah (35) ini tampak membiru. Ini setelah lubang-lubang infus dan jarum transfusi darah ditancapkan ke beberapa bagian tubuh mungilnya itu saat sang bayi masih dalam kondisi kritis, usai dioperasi belum lama ini. Sementara itu, tanpa ada keluhan dari raut wajahnya, bayi ini tampak tenang dan seolah menikmati cairan infus yang terus mengalir ke tubuhnya. "Alhamdulillah.., kondisinya sudah membaik. Kata dokter dia sudah melewati masa kritis. Sudah tidak rewel lagi. Pendarahan pun kini sudah tak terjadi lagi," kata sang ayah, Solihin membuka pembicaraan.
Diungkapkan Solihin, sejak Kamis sore (11/12), kondisi anaknya itu berangsur-angsur pulih. Saat masih dalam kondisi kritis dan tak sadarkan diri, Solihin mengaku iba dan sangat sedih. "Apalagi sebelum dilakukan operasi, perutnya membengkak dan dia tak henti-hentinya menggeliat. Sementara keringat terus keluar dari tubuh anak saya ini," katanya.
Usai dioperasi, sembari terus mencari uang untuk biaya operasi anaknya itu, Solihin terus memantau kondisi anaknya. Apalagi, pendarahan dari lubang anus sang bayi terus terjadi. "Bahkan Pampers yang baru saja diletakkan saja langsung basah oleh darah segar. Saya sempat panik dan hanya bisa berpasrah diri pada Sang Khalik," katanya. Terlebih ketika jarum infus dan untuk mengalirkan transfusi darah ke tubuh anaknya itu sulit dimasukkan. "Karena urat bayi ini kan masih kecil. Jadi tampaknya tim medis agak kesusahan. Sampai akhirnya tangan dan kaki serta bagian kepala anak saya ini tampak membiru. Namun kata dokter, itu tidak berbahaya," kata sembari menunjuk ke arah bagian tubuh anaknya yang membiru.
Bagaimana dengan biaya?
Diakui Solihin, hingga kemarin belum ada dermawan yang mendatanginya untuk memberikan bantuan biaya. Sedangkan biaya yang akan digunakan hingga sang anak pulih diyakini cukup besar untuk ukuran keluarganya. "Saya sudah tanya-tanya kepada bagian administrasi. Tapi pihak rumah sakit belum bisa menotalkannya. Sebagai gambaran, biaya operasi saja mencapai Rp 3 juta. Belum lagi biaya penginapan, obat-obatan serta resep dokter yang selalu harus saya tebus ke apotek," kata Solihin. Namun demikian, Solihin tidak membantah sedikitnya telah ada bantuan dari beberapa kerabat dan kenalannya, walaupun bantuan itu jauh dari cukup.
Bahkan untuk biaya menebus resep dokter, Solihin juga mengaku telah menjual lahan miliknya di Kecamatan Air Periukan, Seluma. "Ya, yang namanya lahan memang tidak luas. Jadi hasil penjualan itu hanya bisa untuk menebus resep dokter ke apotek serta biaya kami selama berada di rumah sakit. Itu saja sudah habis," kata pria ini.
Di sisi lain, Solihin sangat berharap ada dermawan yang berniat untuk membantunya. Apalagi kondisi sang anak sudah agak pulih dan mereka baru bisa pulang setelah biaya pengobatan dan penginapan dilakukan pembayaran.
Adakah dermawan yang tergerak hatinya untuk membantu keluarga miskin ini?
Yang jelas, memang tugas kita sebagai umat yang beragama memberikan sedekah yang ikhlas kepada saudara saudara kita yang kurang mampu. Karena sebagian dari harta kita itu bukan semata hanya milik kita, melainkan juga milik saudara-saudara kita yang kurang beruntung. (**)

Tidak ada komentar: