8/20/2010

Titik Nadir

Ya, titik nadir. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sisi tergelap dari perjalanan hidup seseorang. Titik nadir kerap juga diartikan dengan bagian dari kepingan-kepingan sepi dan keterpurukan. Begitulah titik nadir dalam konteks perasaan.


Manusia memang hanya bisa berencana. Berusaha diiringi doa dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Khalik, pemilik semesta alam. Jika kita sedang berada pada titik nadir, sabar dan ikhlas merupakan kunci dan jurus pamungkas. Klasik memang. Namun apakah kita pernah berpikir, jika tidak sedang berada di titik ini terkadang sabar dan ikhlas hanya menjadi dua kata yang tak begitu bermakna. Jangankan hanya untuk menelaah lebih jauh maknanya, terkadang mengingat Allah saja kita bermalas-malasan. Naudzubillah summa naudzu billahi minzalik.

Ya, inilah cara Allah SWT mengingatkan hambanya untuk tetap berada dalam keimanan. Bersyukurlah bagi kita yang diberikan peringatan atas kejadian yang tak kita kehendaki. Karena dengan cara ini, Allah ingin mengingatkan kita untuk kembali bermunajat. Mungkin saja, selama ini aktivitas duniawi kerap membuat lupa kepada Sang Pencipta.

Layaknya hidup, seperti roda katanya. Kadang dibawah, kadang ditengah-tengah, kadang juga kita sedang diatas. Permainan itu hanya milik Allah. Kita hanya bisa berusaha untuk tidak berada pada posisi yang tak kita kehendaki. Namun jika sudah berdoa dan berusaha untuk tidak berada pada posisi tak nyaman, jangan pula lalu kita menyalahkan Allah. Terkadang, kita kerap alpa ketika doa dan usaha belum dikabulkan. Bisa jadi Allah SWT telah mengabulkan doa kita dengan tidak memenuhi permintaan kita. Sebab Allah maha mengetahui setiap sisi mudharat yang akan terjadi jika permintaan kita dikabulkan.

Sungguh Allah SWT senang ketika kita merengek dan meminta kepada-Nya. So, dengan begitu tentu tak ada yang sia-sia kan? Bukankah tidak Dia ciptakan kita, selain untuk beribadah kepada-Nya? Meski pahala dan dosa bukan urusan kita, namun tentu kita tahu secara syariat, ketika kita berbuat baik maka imbalannya adalah pahala. Sekali lagi, TAK ADA YANG SIA-SIA.

Terakhir, berserahlah kepada-Nya. Sekecil apapun urusan itu, Allah maha mengetahui dan sebesar apapun problem yang kita hadapi, Insya Allah akan terasa ringan jika kita mencoba ikhlas dan sabar dengan menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Sang Khalik, pemilik alam semesta.

Ini hanya nasehat untuk diri pribadi teman, namun jika mengena dan dirasa berguna, tulisan ini tak lebih dari sebuah sharing. Semoga kita senantiasa diberikan rahmat dan keridhoan-Nya. Yuk, kita belajar ikhlas. Karena hidup adalah belajar, tentu tak ada kata terlambat bukan? Dengan mencoba ikhlas, itu juga berarti kita juga telah menuju bijak. Bijak pada diri, sabar pada setiap temuan dalam perjalanan hidup.

Barakallahu laka wa baraka 'alaik, wa jama'a bainakuma fi khair.. ^_^

Arga Makmur, 06.00 WIB 20/8/2010

Tidak ada komentar: