3/03/2009

Mengais Rejeki dari Berkah Pemilu

INI bisa jadi merupakan potret kehidupan masyarakat kita yang masih serba sulit. Di tengah krisis dan anjloknya harga hasil pertanian, masyarakat memilih untuk mencari kerja sampingan dengan memanfaatkan momen yang ada. Begitu juga dengan Pemilu, selain ada masyarakat yang mendapatkan dana praktis atau bantuan seperti jilbab berwarna yang mengidentikkan suatu partai, kemarin puluhan warga Arga Makmur memadati halaman Gudang Logistik KPU BU dan rela ngantre selama berjam-jam untuk mendapatkan giliran menyortir dan melipat surat suara. Simak laporannya;

=RAMA DIANDRI, Arga Makmur=

GUDANG Logistik KPU Bengkulu Utara (BU) sejak pukul 07.00 WIB kemarin pagi ramai dikunjungi warga. Layaknya massa demonstrasi, puluhan warga mulai dari pemuda, remaja putri, ibu-ibu dan kaum bapak memenuhi halaman gudang yang berbatasan langsung dengan salah satu leasing sepeda motor tersebut. Bahkan ketika hari mulai panas dan mereka belum mendapatkan giliran untuk masuk ke dalam gudang dan diberi kesempatan untuk bekerja, puluhan warga tadi pun memilih ngantre di tengah panasnya terik matahari berjam-jam lamanya. Warga asal Desa Sumber Sari, Lia (22) ketika ditemui saat mengantre mengatakan, kedatangannya ke Gudang Logistik KPU memang untuk mencari penghasilan dengan cara melipat dan menyortir surat suara. "Saya datang ke sini bersama dua orang teman. Karena memang, satu tim itu ada tiga orang," jelasnya. Keinginannya untuk bekerja sebagai penyortir surat suara dilakukannya karena kepentingan ekonomi. Sebab bagi Lia, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama ini dia masih bergantung kepada orang tuanya. Sebab dalam dua tahun terakhir, dia mengaku sudah bercerai dengan sang suami. "Ya dari pada nganggur di rumah. Lagi pula saya selama ini tak ada kerja tetap," ungkapnya.Sementara itu, beberapa warga lainnya mengaku sengaja datang ke Gudang Logistik KPU untuk mendapatkan upah dari hasil kerja mereka melipat dan menyortir surat suara. Namun bukan berarti selama ini mereka tidak mempunyai aktivitas, melainkan karena peluang melipat surat suara lebih menjanjikan, mereka pun lebih memilih untuk mengerjakan aktivitas itu kendati memang hanya bersifat sementara. "Selama ini penghasilan kami hanya sebatas Rp 30 ribu per hari. Hasil ini tentu saja lebih rendah dibanding dengan apabila kami bekerja untuk melipat surat suara," jelas Udin (24) yang mengaku sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir ini. Diakuinya apabila mendapatkan kesempatan dari pihak KPU, jika dalam satu hari saja pihaknya dapat menyelesaikan satu kardus surat suara. Artinya dalam satu tim per orangnya akan mendapatkan uang sekitar Rp 62 ribu. "Ini dua kali lipat dari penghasilan saya setiap hari. Selagi ada kesempatan, kenapa tidak untuk mencoba yang lebih menjanjikan. Lagian susah Mas untuk cari pekerjaan yang seharinya mendapatkan penghasilan sebesar itu," ungkapnya.Secara terpisah, Devisi Teknis Penyelenggara KPU BU Julisti Anwar SH ketika dikonfirmasi mengungkapkan, proses penyortiran surat suara sepenuhnya diawasi oleh petugas gudang. Sedangkan dalam menjalankan tugasnya, 1 tim yang terdiri dari 3 orang pekerja harus menyelesaikan tugas yakni menyortir, mengecek kerusakan surat suara, melipat dan melaporkan hasil kerjanya kepada petugas gudang. Sebanyak 500 lembar di dalam satu dus surat suara tersebut kemudian diikat oleh pekerja, dalam satu ikatannya terdiri dari 25 lembar surat suara.Terkait antusias warga yang ingin melipat surat suara tersebut, Julisti pun mengakuinya. Namun menurut anggota KPU ini hal itu cukup dipandang dari segi positifnya saja. "Ya artinya Pemilu juga membawa berkah bagi masyarakat. Walaupun sifatnya sementara, tapi dengan adanya hal ini jelas sudah membuka lowongan pekerjaan dan memberi peluang masyarakat kita untuk mendapatkan penghasilan," jelasnya. (**)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Cerita menarik, Rama.

Tapi agak capai juga membacanya. Mungkin tulisanmu harus dibagi menjadi beberapa paragraf supaya lebih enak dibaca. Keep blogging... :)